MENUNGGU hari persalinan bisa menjadi pengalaman yang menegangkan sekaligus melelahkan. Dengan usia kandungan yang semakin tua, apa pun bisa terjadi pada ibu hamil. Cemas, gelish, takut, stres, marah-marah, mulas, keluhan sakit perut, sampai kontraksi yang frekuensinya makin sering, jamak dialami oleh ibu menjelang persalinannya. Nah, suami bisa berperan untuk meringankan beban istrinya.
"Yang terpenting, keberadaan suami di sisi istri yang tengah berjuang hendak melahirkan si buah hati ke dunia sangatlah penting dalam menciptakan rasa aman dan nyaman. Selalu ada setiap kali istri membutuhkan!" tegas Anna Surti Ariani Psi dari Medicare Clinic, Menara Kadin, Kuningan, Jakarta.
Temani ke Dokter
Dr Andon Hestiantoro SpOG(K) yang berpraktek di RSCM, menjelaskan dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta persalinan sejak dini. "Tak peduli kehamilan pertama atau kesekian, dampingan suami tetap diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri," jelasnya.
Saat mendampingi pasangan memeriksakan kandungannya, posisikan diri sebagai mitra yang membantu mencari jalan keluar bersama-sama demi perkembangan optimal janin. Kalaupun ada keluhan, besarkan hatinya agar mau berkonsultasi ke dokter dan mendapat jawaban pasti dari ahlinya. Kalaupun hasilnya dianggap kurang memuaskan, ajukan alternatif untuk kepastian jalan terbaiknya ke dokter yang lebih ahli ataupun rumah sakit yang lebih besar.
Jika peran suami dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak akan terjadi. "Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat menerima perawatan yang tepat," terang dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Klinik Yasmin, klinik terpadu untuk kesehatan reproduksi pria dan wanita.
Dampingi Sampai Masa Bersalin Tiba
Saat persalinan berlangsung, perasaan gelisah, cemas dan takut juga menghinggapi sang istri. Ini antara lain karena adaptasi dengan suasana kamar bersalin yang tentu baru bagi ibu. Di samping itu, rasa sakit selama proses persalinan juga sangat mengganggu suasana hati ibu. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan bidan atau dokter untuk menilai kemajuan persalinan juga dapat meningkatkan kegelisahan.
Apalagi, proses persalilnan yang membutuhkan waktu 8-12 jam, membutuhkan kesabaran, kekuatan fisik dan mental ibu. Dukungan suami tentu akan membuatnya kooperatif dan sangat tenang. Sebaliknya, kalau ibu stres, keseimbangan hormon, enzim dan energi yang sangat diperlukan untuk kelancaran proses persalinan bisa terganggu," alas dr Andon.
(Mom& Kiddie//oz)
"Yang terpenting, keberadaan suami di sisi istri yang tengah berjuang hendak melahirkan si buah hati ke dunia sangatlah penting dalam menciptakan rasa aman dan nyaman. Selalu ada setiap kali istri membutuhkan!" tegas Anna Surti Ariani Psi dari Medicare Clinic, Menara Kadin, Kuningan, Jakarta.
Temani ke Dokter
Dr Andon Hestiantoro SpOG(K) yang berpraktek di RSCM, menjelaskan dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta persalinan sejak dini. "Tak peduli kehamilan pertama atau kesekian, dampingan suami tetap diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri," jelasnya.
Saat mendampingi pasangan memeriksakan kandungannya, posisikan diri sebagai mitra yang membantu mencari jalan keluar bersama-sama demi perkembangan optimal janin. Kalaupun ada keluhan, besarkan hatinya agar mau berkonsultasi ke dokter dan mendapat jawaban pasti dari ahlinya. Kalaupun hasilnya dianggap kurang memuaskan, ajukan alternatif untuk kepastian jalan terbaiknya ke dokter yang lebih ahli ataupun rumah sakit yang lebih besar.
Jika peran suami dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak akan terjadi. "Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat menerima perawatan yang tepat," terang dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Klinik Yasmin, klinik terpadu untuk kesehatan reproduksi pria dan wanita.
Dampingi Sampai Masa Bersalin Tiba
Saat persalinan berlangsung, perasaan gelisah, cemas dan takut juga menghinggapi sang istri. Ini antara lain karena adaptasi dengan suasana kamar bersalin yang tentu baru bagi ibu. Di samping itu, rasa sakit selama proses persalinan juga sangat mengganggu suasana hati ibu. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan bidan atau dokter untuk menilai kemajuan persalinan juga dapat meningkatkan kegelisahan.
Apalagi, proses persalilnan yang membutuhkan waktu 8-12 jam, membutuhkan kesabaran, kekuatan fisik dan mental ibu. Dukungan suami tentu akan membuatnya kooperatif dan sangat tenang. Sebaliknya, kalau ibu stres, keseimbangan hormon, enzim dan energi yang sangat diperlukan untuk kelancaran proses persalinan bisa terganggu," alas dr Andon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar