Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan Keluarga. Tampilkan semua postingan

Kenali Tanda-tanda si Kecil Alami Gangguan Pendengaran!

BANYAK orangtua mengaku rasa penat dan stres yang melanda, langsung hilang seketika tatkala menatap wajah mungil si kecil saat terbuai dalam mimpi. Apalagi jika ia termasuk anak yang tidak rewel, tidurnya bahkan tak mudah terusik dengan suara di sekitarnya. Senang memang punya anak yang katanya 'anteng', tapi Anda perlu waspada lho! Cobalah mengevaluasi pendengaran buah hati Anda!

Hal ini diungkapkan oleh dr Yosita Rachman, SpTHT dari RS Omni Medical Centre, Pulo Mas Jakarta. "Hati-hati jika bayi tidur nyenyak, tidak terganggu suara bantingan pintu maupun suara keras lainnya, sebab kemungkinan terjadi gangguan pendengaran," imbuhnya.

Menurut Yosita, sejak berada dalam kandungan, bayi sudah dapat mendengar. Terlihat pada pemeriksaan USG, saat bayi bergerak-gerak merespon gelombang suara yang dihasilkan USG.

Setelah lahir, bayi sudah mampu mendengar suara-suara di sekitarnya. Buktinya? Ketika mendengar suara berisik, ia pun terbangun. Hanya karena perkembangan otak dan motoriknya belum sempurna, reaksi yang timbul sebatas tangisan atau membuka mata. Seiring dengan bertambahnya usia, respon yang diberikan makin beragam, misalnya menoleh, mendekat ke arah suara dan sebagainya.

Selama perkembangan ini, anak tidak cuma mampu mendengar, tetapi juga merekam jenis-jenis bunyi ke dalam otaknya. Tak heran menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengenal suara ibu, ayah, atau pengasuhnya. Rekaman ini suatu saat akan di-recall pada waktu si kecil belajar bicara.

Pekalah pada Respon Anak

Jadi, bagaimana cara mendeteksi gangguan pendengaran dengan mudah? Secara sederhana, dapat dilakukan melalui permainan bunyi seperti tepuk tangan, batuk, menabuh kaleng, dan sebagainya. Bayi normal akan memberi respon terhadap bunyi. Bisa dengan mengedipkan mata, mimik wajahnya berubah, berhenti mengisap ASI atau botol susu, terkejut serta bereaksi dengan mengangkat kaki dan tangan.

Pada bayi yang lebih besar, kerap kali merespon dengan menolehkan kepala pada sumber bunyi. Minimal, ia mencari sumber bunyi tersebut dengan gerakan mata. Jika si kecil tak bereaksi, sebaiknya orangtua segera membawanya ke dokter!

Pemeriksaan Sejak Usia 2 Hari

Pada pemeriksaan lebih lanjut, biasanya anak akan menjalani pemeriksaan audiometri sesuai umur, diantaranya tes OAE (Oto Acoustic Emission) atau BERA (Brainstem Evoked Response Auditory). Cara kerjanya dengan menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kulit kepala bayi. "Anak diberi rangsang suara, kemudian direkam di komputer, hasilnya berupa data dalam bentuk grafik. Nah, barulah diketahui ambang dengarnya," jelas Yosita.

Wanita lulusan Universitas Indonesia ini melanjutkan bahwa pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan apakah memang benar terjadi gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran serta letak kelainan yang menimbulkan gangguan pendengaran. "Sehingga dapat dicari solusi terbaik untuk perawatan selanjutnya, dengan harapan anak bisa berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar," ulasnya.

Yosita mengakui di Indonesia kini tengah digalakkan pemeriksaan pendengaran bayi sejak usia 2 hari. Semakin cepat dan tepat intervensi dilakukan. Hasilnya akan semakin baik.

Pemeriksaan sejak dini harus dilakukan jika bayi memiliki beberapa faktor risiko. Antara lain riwayat keluarga dengan tuli kongenital (tuli bawaan/keturunan), riwayat infeksi pranatal (TORCHS = Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus, Herpes), bayi dengan kelainan anatomi telinga, bayi lahir dengan BBLR/Berat Badan lahir Rendah ( hiperbilirubinemia/bayi kuning ), asfiksia berat (lahir tidak menangis).
Lebih lanjut Yosita mengungkapkan terjadinya gangguan pendengaran akan berdampak pada keterlambatan bicara si anak kelak. Selain itu, orangtua haruslah peka dengan kondisi buah hatinya. "Waspadai jika anak sulit menangkap pembicaraan pada lingkungan ramai, ucapan anak sulit dimengerti, anak bicara terlalu lemah/keras, kemampuan bicara yang tidak lengkap atau kata-katanya banyak yang hilang, nilai di sekolah turun terutama nilai bahasa Indonesia," paparnya.

Terakhir ia berpesan, "Bila kondisi anak tuli sebagian (hearing impaired) dan bukanlah tuli total (deaf), berarti fungsi pendengaran yang berkurang tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar. Oleh karenanya sangat diperlukan deteksi dini, kalaupun harus memakai alat bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak."
(Mom& Kiddie//oz)

Merawat Organ Vital Kewanitaan

Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat.
Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina.


Ekosistem vagiana adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.


Sebenarnya di dalam vagina terdapat bakteri, 95 persennya adalah bakteri yang baik sedang sisanya bakteri pathogen. Agar ekosistem seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman (pH balance) pada kisaran 3,8 - 4,2.

Dengan tingkat keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.
Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem vagina, antara lain kontrasepsi oral, diabetes melitus, pemakaian antibiotik, darah haid, cairan mani, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan hormon (pubertas, menopause atau kehamilan).
Dalam keadaan normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu, seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi yang terjadi di vagina ini dibiarkan, bisa masuk sampai ke dalam rahim.

Alaminya susu
Untuk menjaga kebersihan dan mematikan bakteri jahat di dalam vagina memang tersedia produk pembersih daerah intim wanita. Dari sekian banyak merek yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar.
Pertama, yang berasal dari ekstrak daun sirih (piper betle L) yang sangat efektif sebagai antiseptik, membasmi jamur Candida Albicans dan mengurangi sekresi cairan pada vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amir Syarif dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penggunaan daun sirih pada pengobatan keputihan, 90,0 persen pasien dinyatakan sembuh.

Sayangnya, jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama, semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasilus. Sehingga keseimbangan eksosistem menjadi terganggu.
Kedua, produk-produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan Povidone lodine. Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai bakteri. Efek samping produk yang mengandung bahan ini adalah dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat.
Ketiga, produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat. Laktoserum ini berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat, laktose serta nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan asam laktat berfungsi untuk menjaga tingkat pH di vagina.
Menurut dr. Junita Indarti, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RSCM, susu mengandung zat aktif yang bisa diekstrak menjadi asam laktat dan laktoserum, dan secara klinis terbukti mengurangi keluhan rasa gatal, rasa terbakar dan keputihan pada vagina.
“Sebanyak 70 persen pasien yang datang berobat, keluhannya hanya seputar keputihan. Setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu, tingkat kesembuhannya mencapai 80 persen, hanya 5,4 persen yang mengalami efek samping berupa ruam kulit” katanya menjelaskan.

Kombinasi asam laktat dan laktoserum sebagai pembersih organ kewanitaan bersifat alami karena tidak membunuh bakteri laktobasilus melainkan meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu produk yang pembersih wanita yang mengandung bahan ini adalah Lactacyd, yang saat ini sudah bisa dibeli di outlet toko obat.

Sebelum memutuskan memilih suatu produk, menurut Junita ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, antara lain apa saja keluhan yang dirasakan saat ini dan sebisa mungkin memilih produk yang isinya mengandung zat-zat yang baik.
“Untuk pemakaian jangka panjang sebaiknya memilih produk yang bisa memelihara ekosistem alami vagina. Produk yang mengandung pembunuh bakteri sebaiknya hanya digunakan untuk jangka pendek atau ketika ada masalah saja,” tambah Junita.

Kebisaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan kita. Jika ekosistem vagina terjaga seimbang, otomatis kita akan merasa lebih bersih dan segar dan tentu saja lebih nyaman melakukan aktivitas sehari-hari.

Cara Jitu Hindari Varises

Varises atau pembuluh darah yang tampak di bawah permukaan kulit dan berwarna kebiruan ini kerap terlihat pada bagian betis. Lelah dan nyeri merupakan dampak utama dari varises.

Ada cara mudah terbebas dari varises. Sebaiknya jangan menyilangkan kaki saat duduk dan jaga berat badan tetap ideal. Usahakan untuk tidak berdiri terlalu lama, jika tidak bisa menghindarinya atasi dengan menopang tubuh satu kaki bergantian. Hindari penggunaan kaus kaki atau stocking yang terlalu ketat.

Konsumsi makan serat tinggi seperti gandum, kacang, roti, buah dan sayuran serta kurangi konsumsi garam. Olahraga secara teratur, pilihan terbaik adalah berjalan. Saat anda duduk, olahraga tubuh bisa dilakukan dengan cara memutar pergelangan kaki searah yang berlawanan jarum jam agar sendi tak menegang.

Usahakan agar telapak kaki sejajar dengan lantai dan lepas sepatu saat anda bekerja dibelakang meja. Sebelum tidur, angkat kedua kaki bertumpu pada dinding untuk melancarkan peredaran darah di betis.

Anak Sakit Karena Demam atau Flu?

BAYI yang usianya masih di bawah satu tahun rentan sakit. Mereka kerap terkena flu (influenza) dan pilek yang disertai batuk (common cold), apalagi pada permulaan musim hujan seperti sekarang.

Gejala influenza mencakup demam dan otot terasa kaku. Sedangkan gejala common cold antara lain bersin-bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan, tapi jarang disertai demam. Demam tidak selalu pertanda terserang penyakit influenza. Demam juga bisa diakibatkan infeksi lain.

Lantas, bagaimana membedakan demam yang disebabkan oleh infeksi lain dan demam karena flu? Bagaimana cara mengatasinya? Serta apa saja komplikasi yang menyertainya?

Menurut dr Virginia Dwiyandari, SpA, dari RSIA Graha Permata Ibu Depok, ada beberapa gejala yang dapat diwaspadai untuk mengetahui apakah anak Anda demam atau flu.

Mengapa Demam?

Demam merupakan gejala umum suatu penyakit infeksi atau kondisi non-infeksi termasuk kondisi fisiologis tubuh. Demam juga bisa terjadi karena peningkatan suhu tubuh akibat kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), peningkatan metabolisme tubuh saat berolahraga misalnya dan sebab-sebab lainnya.

Sedangkan tubuh yang terkena infeksi hampir selalu disertai dengan demam baik yang bersifat lokal (pada bagian tubuh tertentu yang terkena infeksi) ataupun seluruh tubuh.

Infeksi dapat terjadi pada kulit, saluran napas, saluran kencing, dan sistem tubuh lainnya. Salah satunya, infeksi akut pada saluran napas biasanya disertai demam, juga gejala di saluran napas seperti batuk, pilek, dan gejala tubuh lainnya.

Gejala Flu dan Batuk Pilek

Gejala flu umumnya diawali dengan gejala lokal pernapasan (pada hidung) dan gejala sistemik. Gejala lokal pernapasan berupa batuk disertai keluarnya dahak, sesak napas, serta tenggorokan terasa kering dan sakit. Sedangkan, gejala sistemik berupa demam tinggi, pada anak-anak sering disertai menggigil, nyeri kepala, badan terasa lemas, kadang disertai nyeri otot.

Sedangkan, gejala batuk pilek (common cold) sangat bervariasi, yang menyerang saluran napas atas (lokal) dan secara sistemik. Gejala lokal berupa hidung terasa panas dan gatal, bersin-bersin, hidung tersumbat, ingus yang sering keluar tampak encer dan bening, mata berair, tenggorokan terasa sakit, dan kering.

Sementara gejala sistemik ringan seperti demam ringan, lemas ringan, sakit kepala ringan, dan pegal-pegal. Gejala sistemik umumnya terjadi bila penyebabnya adalah infeksi yang lebih mudah terjadi bila daya tahan tubuh menurun, atau pada saat tubuh mengalami kelelahan, kedinginan, adanya penyakit menahun, serta pada balita yang daya tahan tubuhnya relatif masih rendah.

Sementara batuk yang menyertai pilek biasanya batuk berdahak karena turunnya lendir ke saluran napas yang merangsang refleks batuk. Batuk pada infeksi dapat batuk berdahak atau kering tergantung kuman penyebabnya. Sedangkan batuk pada alergi dapat berupa batuk tidak berdahak hingga batuk berdahak. Batuk karena infeksi biasanya disertai gejala seperti demam, penurunan nafsu makan, diare, dan sebagainya.

Batuk dapat menyerang setiap saat. Bila disebabkan alergi, batuk bersifat episodik tergantung faktor pencetus seperti makanan tertentu, udara dingin, atau riwayat alergi yang mendukung keadaan ini. Jika tidak disertai infeksi, tidak timbul gejala demam.

Faktor penyebab

Penyakit batuk pilek (common cold) maupun flu (influenza) disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Bisa juga disebabkan oleh faktor pencetus (alergen) seperti debu, udara dingin, bulu binatang, tungau debu rumah, asap rokok atau kendaraan bermotor, AC, kipas angin, serta adanya benda asing atau lesi di saluran napas.

Sedangkan penyebab batuk secara umum adalah infeksi, alergi atau peradangan, aspirasi atau lesi di saluran napas, asap atau gas, penyakit paru primer, atau penyebab di luar paru seperti refluks gastro-esofagus, penyakit jantung bawaan atau psikologis.

Komplikasi pada batuk pilek dan flu

Bila tidak segera ditangani, penyakit flu maupun batuk pilek pada anak dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Seperti infeksi telinga tengah, sinus, ensefalitis (radang otak), bronkiolitis (radang paru-paru), hingga pneumonia.

Infeksi telinga tengah dan sinus terjadi jika ingus tidak bisa keluar. Akibatnya, cairan akan mengumpul di bagian belakang hidung dan tenggorokan bagian atas. Ingus yang bercampur dengan bakteri patogen sampai terjadi komplikasi, mengakibatkan gangguan pada liang telinga tengah dan infeksi. Karenanya, setiap terjadi flu atau pilek, sebisa mungkin ingus dikeluarkan dari dalam hidung anak-anak.

Perlunya imunisasi influenza

Imunisasi influenza dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus influenza saja, tidak terhadap infeksi primer virus lain atau bakteri patogen dalam saluran napas. Titer antibodi pascavaksinasi influenza menurun setelah satu tahun sehingga diperlukan vaksinasi ulang setiap tahunnya.

Pada anak usia di atas delapan tahun yang mendapat vaksinasi influenza perlu mendapat dosis kedua dengan interval minimal empat minggu. Akan tetapi, imunisasi influenza dapat diberikan sejak usia 6 bulan.

Imunisasi ini tidak wajib, tetapi dianjurkan utamanya pada individu yang rentan terhadap penyakit tertentu seperti anak dengan penyakit jantung bawaan, anak yang mendapat penekan imun, dan penyakit menahun lainnya. Bila tidak diberikan akan berisiko terkena infeksi influenza.

Perlu diingat, meski sudah mendapat imunisasi influenza masih ada kemungkinan terinfeksi karena imunisasi pada individu dengan kekebalan tubuh rendah akan menghasilkan titer antibodi rendah setelah vaksinasi. Dengan kata lain, pemberian vaksin ini mungkin lebih efektif untuk mencegah komplikasi termasuk infeksi pada saluran napas bawah, daripada mencegah terjadinya infeksi. (Mom& Kiddie//oz)

Anak Ngorok, Prestasi Melorot

SENANGNYA menyaksikan si kecil terbuai dalam mimpi. Apalagi jika suara dengkuran halusnya terdengar. Suara dengkuran saat tidur sering dianggap sebagai tidur yang nyenyak.

Namun, kini Anda patut waspada bila sang buah hati selalu mengorok saat tidur. Selain menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah, mengorok saat tidur akan membuat anak sering merasa letih, dan kesulitan belajar.

Menurut Jodi Mindell, Direktur Sleep Center Children's Hospital Philadelphia, AS, mendengkur terjadi karena waktu tidur otot-otot lidah bagian belakang menutup saluran pernapasan. Kondisi ini selain menyebabkan tidur mendengkur, juga bisa mengakibatkan anak berhenti bernapas untuk beberapa detik. Akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah.

Anak yang kerap mendengkur memiliki gejala gelisah saat tidur, sering terbangun, mengompol, susah dibangunkan, mengantuk sepanjang hari, bahkan bisa terjadi anak sulit menelan, serta mulutnya berbau.

Selain keletihan, sleep apnea pada anak menyebabkan presentasinya di sekolahnya terganggu. Hal tersebut sudah dibuktikan dalam sebuah studi di Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam jurnal Public Library of Science Medicine tahun 2006.

Dari data tersebut diketahui anak yang menderita sleep apnea memiliki nilai IQ yang rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidurnya nyenyak.

Anak yang pada usia dua sampai enam tahun mendengkur, berisiko tiga kali lebih besar mendapat masalah perilaku dan intelektual serta berprestasi rendah di sekolah menengah.

Menurut para peneliti, pada saat masa tidur aktif, aliran darah ke sel otak tumbuh dengan cepat dan terjadi pembentukan sel-sel saraf. Karena itu, sebaiknya segera bawa si kecil ke dokter jika ditemui gejala sleep apnea. (Mom& Kiddie//oz)

Cerdas Memilih Suplemen

BELAKANGAN ini beredar banyak suplemen yang berfungsi untuk membantu tubuh mendapat asupan nutrisi dan vitamin yang cukup. Suplemen umumnya berasal dari zat kimia walaupun ada yang sintesis. Tapi suplemen bukan pengganti makanan sehari-hari. Sebagai makanan tambahan atau pelengkap, suplemen harus dikonsumsi pada saat yang tepat dan sesuai dengan kondisi tubuh seseorang.

Ada begitu banyak jenis suplemen makanan yang beredar di pasar. Yang penting di sini adalah memilih mana suplemen yang tepat. Pertimbangan utamanya adalah suplemen yang menggunakan bahan-bahan alami dan organik sebagai kandungan utamanya. Berikut beberapa tips memilih suplemen:

1. Carilah informasi sebanyak-banyaknya dan konsultasikan masalah kesehatan Anda pada orang yang tepat (dokter, ahli gizi, konsultan produk). Juga lakukan rekomendasi produk yang diberikan benar-benar tepat dengan kebutuhan Anda.

2. Keakuratan mendiagnosa suatu penyakit sangat menentukan keberhasilan penyembuhan penyakit atau gangguan yang diderita. Terkadang konsumen menuding suplemen yang dikonsumsi tidak bermutu karena tidak memberikan hasil yang diharapkan. Padahal, penyebabnya adalah kesalahan diagnosa. Kesalahan itu berimbas pada pemberian suplemen yang tidak tepat. Untuk memperkecil risiko kesalahan, sertakan data-data pendukung (hasil pemeriksaan laboratorium) pada saat mengkonsultasikan kondisi kesehatan Anda agar rekomendasi yang diberikan lebih akurat dan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

3. Sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk suplemen, perhatikan dengan seksama komposisi zat yang terkandung di dalamnya. Kuncinya adalah keseimbangan bukan kelebihan. Perhatikan apakah suplemen tersebut menggunakan zat sintetis atau alamiah dan apakah suplemen tersebut menggunakan zat atau komponen biasa atau bermutu (branded ingredients).

4. Perhatikan tanggal kadaluarsa (expired date) guna menjamin kemurnian, kesegaran dan kualitas produk. Produk suplemen sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk. Hindari paparan sinar matahari langsung dan tempat dengan kelembapan tinggi atau gelap.

5. Ikuti anjuran pemakaian produk. Cara pemakaian yang tepat turut menetukan efektifitas produk (termasuk dosis dan waktu pemakaian). Perhatikan juga produk yang memiliki formula khusus untuk pria dan wanita. Lebih banyak Anda tahu tentang nutrisi, makin jelas informasi yang Anda terima. Mengapa? Karena pria dan wanita memiliki kebutuhan berbeda. Suplemen yang baik akan memiliki formula berbeda sesuai dengan kebutuhan.

6. Cari suplemen yang memiliki formulasi pagi dan malam. Tubuh kita tidak membutuhkan nutrisi sekaligus. Kita butuh vitamin dan mineral untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari, dan yang lain membantu tubuh memperbaiki diri sendiri malam hari. Baca label untuk memastikan bahwa formula telah diuji dan analisa. Itu berarti Anda tidak boleh terbujuk oleh promosi yang gencar di berbagai media massa yang mengatakan bahwa suplemen tertentu mampu mencegah atau mengobati penyakit. Harus ada pembuktian ilmiah dan empiris.

7. Tubuh adalah juri yang paling jujur dan adil. Berbagai produk suplemen yang beredar di pasaran tidak semuanya merupakan yang terbaik dan berkualitas. Hanya tubuh andalah yang menentukan apakah klaim sebuah produk itu bisa dibenarkan atau tidak. Hanya tubuh Andalah yang menguji keberhasilan atau daya kerja suplemen itu. Jadi, perubahan tubuh pada saat atau setelah mengkonsumsi suplemen.

8. Bagi ibu hamil, menyusui, penderita penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, atau jantung, sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi suplemen tertentu. Pasalnya, meskipun dari bahan-bahan alami, produk suplemen yang dijual juga memiliki bahan aktif yang bisa berinteraksi dengan obat-obat yang diberikan oleh dokter. Penggunaan suplemen yang tidak tepat dapat mengganggu penyerapan obat-obat tertentu.

9. Di samping itu, pastikan bahwa suplemen makanan tersebut tidak menggunakan bahan pengawet maupun pemanis buatan. Menyesuaikan suplemen dengan kebutuhan tubuh juga penting untuk dilakukan. Apabila ada beberapa keluhan yang dirasakan setelah mengkonsumsi dengan dokter, ahli gizi, dan konsultan produk.
(Genie/oz)

Cegah Diabetes dan Kegemukan Dengan Kedelai Hitam

Makan kedelai hitam dengan secara teratur mungkin dapat mencegah kondisi kegemukan bahkan menurunkan risiko dari serangan diabetes. Meski baru terbukti pada binatang percobaan tikus tapi saran ini patut dipertimbangkan karena dapat cegah diabetes dan kegemukan dengan kedelai hitam ini.

Didalam penelitian yang dimuat didalam Journal of the Science of Food and Agriculture edisi bulan Februari, suatu tim peneliti dari Korea Selatan mempelajari pengaruh diet kedelai hitam terhadap 32 buah ekor tikus. Setiap hari tikus-tikus tersebut diberi makan sebanyak-banyaknya hanya dengan kandungan kedelai hitam yang sangat bervariasi.

Setelah dua minggu kemudian, tikus yang mendapatkan 10 persen energinya dari kedelai hitam tersebut mengalami keadaan kenaikan berat badan yang tidak terlalu banyak hanya setengah dari kenaikan berat badan tikus kontrol. Tingkat kadar kolesterol di darah tikus tersebut juga 25 persen lebih rendah. Demikian pula dengan tingkat kolesterol LDL yang merugikan, kadarnya hanya 10 persen lebih rendah.

Menurut David Bender, wakil dekan di Royal Free and University College Medical School, London, Inggris, protein pada kedelai hitam mungkin dapat menurunkan produksi asam lemak dan kolesterol. Dan protein tersebut dapat berperan ketika lemak diuraikan didalam hati dan jaringan lemak. Penemuan ini menjelaskan mengapa makanan tradisional di beberapa negara Asia memanfaatkan kedelai hitam untuk melawan diabetes.

Permasalahan utama diabetes tipe 2, yang banyak menyerang penduduk dunia adalah karena rusaknya kerja insulin karena jaringan lemak yang terbentuk terlalu berlebihan. Oleh karena itu dengan pembentukan jaringan lemak yang lambat dan berat badan tidak terlalu cepat naik, serta pengendalian glikemi atau pengaruh makanan terhadap kadar gula darah juga semakin baik.

Tipe Penyakit Diabetes

Penyakit diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab juga memiliki tipe diabetes (baca ini). Nah untuk mengetahui apa saja tipe penyakit diabetes itu, mari kita simak tulisan berikut ini;

• Diabetes Tipe I, tergantung pada insulin
Diabetes Tipe I ini adalah bila tubuh perlu pasokan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Laangerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.

Diabetes Tipe I ini diidap oleh sekitar 10-15% penderita diabetes di Amerika Serikat. Penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga dikenal dengan istilah Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus yang tergantung pada insulin untuk mengatur metabolisme gula dalam darah. Dari kondisinya, inilah jenis diabetes yang paling parah.

Diabetes Tipe I ini biasanya ditemukan pada penderita yang mulai mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja, sehingga pada zaman dulu para dokter menyebutnya sebagai diabetes anak muda. Separuh dari penderita diabetes yang mengidapnya adalah usia dewasa, tetapi tidak berbadan gemuk seperti umumnya penderita Diabetes Tipe II. Para periset menyebutnya sebagai Diabetes Tipe 1,5, yang disebut sebagai LADA (latent autoimmune diabetes in adults), karena sistem imun menyerang (reaksi autoimun) sel-sel beta pankreas secara perlahan-lahan sehingga berhenti memproduksi insulin.

Penderita Diabetes Tipe I sangat rentan terhadap komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan dengan perubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banayak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Risiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolisme tubuh yang menumpuk (ketoasidosis), dengan risiko mengalami koma diabetik.

• Diabetes Tipe II, tidak tergantung pada insulin
Diabetes Tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes Tipe II ini merupakan tipe diabetes yang paling sering umum dijumpai, juga sering disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non-insulin dependent diabetes mellitus). Jenis diabetes ini mewakili sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes, karena umumnya 4 sampai 5 orang penderita Diabetes Tipe II ini memiliki kelebihan berat badan, maka obesitas sering dijadikan sebagai indikator bagi penderita diabetes.

Diabetes Tipe II ini dapat menurun dari orangtua yang penderita diabetes. Tetapi risiko terkena penyakit ini akan semakin tinggi jika memiliki kelebihan berat badan dan memiliki gaya hidup yang membuat anda kurang bergerak. Jadi pada Diabetes Tipe II ini yang menjadi pencetus utama adalah faktor obesitas (gemuk berlebih). Faktor penyebab lain adalah pola makan yang salah, proses penuaan, dan stress yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Juga mungkin terjadi karena salah gizi (malnutrisi) selama kehamilan, selama masa anak-anak, dan pada usia dewasa.

• Diabetes Tipe III, baru ditemukan
Para ahli di US percaya bahwa mereka telah menemukan tipe baru diabetes setelah menemukan bahwa insulin juga diproduksi di otak dan dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s. Penelitian yang dilakukan oleh Suzanne de la Monde bersama rekannya yang seorang professor di bidang patologi di Brown Medical Schoolini menemukan hubungan antara penyakit diabetes dan Alzheimer. Suzanne mengemukakan bahwa insulin yang diproduksi dalam otak, dibutuhkan tubuh untuk kelangsungan hidup sel-sel otak. Bila jumlahnya kurang, maka sel-sel otak pun akan mengalami degenerasi dan akhirnya memicu timbulnya penyakit Alzheimer. Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan dilakukannya penelitian pada jaringan otak dari mayat yang sebelumnya telah di diagnosa menderita penyakit Alzheimer. Hasilnya jumlah insulin dan IGF I berkurang di daerah cortex, hippocampus, dan hipotalamus.