Tampilkan postingan dengan label Suami harus tahu ini..... Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suami harus tahu ini..... Tampilkan semua postingan

Wanita Ingin Selalu Berbagi Perasaan

KAUM pria sering kali mengalami kesulitan memahami isi hati seorang wanita. Mereka menganggap wanita terlihat sangat perhatian bila perasaannya lagi senang, tetapi dia juga bisa bersikap tidak ramah bila hatinya sedang dirundung duka. Sesulit itukah?

Sebenarnya ada sebuah hal kecil yang tidak terlalu diperhatikan para pria, yakni wanita selalu berbagi perasaan. Oleh karena itu, kaum pria tidak ada salahnya menyisakan waktunya sedikit untuk mendengarkan keluh kesah dari pasangannya.

Tentu dalam mendengarkan keluh kesah pasangan Anda, Anda harus memerhatikan saran dari Askmen berikut ini:

Berikan pasangan Anda pujian

Anda bisa membahagiakan pasangan Anda dengan memberikan sedikit pujian. Misalnya ketika pasangan Anda mengenakan busana baru, Anda bisa menyanjungnya dengan kalimat "Kamu begitu cantik memakai gaun itu" atau pujian lain yang membuatnya senang.

Tanyakan beberapa pertanyaan lebih mendalam

Anda bisa saja menanyakan masalah yang sedang pasangan Anda alami lebih mendalam, meskipun Anda hanya mengulang atau memperjelas kembali cerita dari pasangan Anda. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang Anda lontarkan tersebut, pasangan Anda pasti akan menganggap Anda benar-benar memerhatikannya.

Berikan sedikit ekspresi cemburu

Cemburu pada pasangan adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, Anda bisa mendapatkan simpatinya. Caranya, Anda bisa memberikan ekspresi cemburu apabila pasangan Anda bercerita tentang laki-laki lain. Ekspresi yang berkembang dari wajah Anda pun tentu saja masih dalam batas wajar, sehingga dia merasa nyaman terus bersama Anda.

Saat Anda mendengarkan keluh kesah pasangan Anda, Anda juga jangan sampai tertidur. Hal ini bisa saja membuat pasangan Anda marah dan kecewa kepada Anda.
(tty-oz)

Peran Suami, Siapkan Bahu & Telinga Menjelang Persalinan

MENUNGGU hari persalinan bisa menjadi pengalaman yang menegangkan sekaligus melelahkan. Dengan usia kandungan yang semakin tua, apa pun bisa terjadi pada ibu hamil. Cemas, gelish, takut, stres, marah-marah, mulas, keluhan sakit perut, sampai kontraksi yang frekuensinya makin sering, jamak dialami oleh ibu menjelang persalinannya. Nah, suami bisa berperan untuk meringankan beban istrinya.

"Yang terpenting, keberadaan suami di sisi istri yang tengah berjuang hendak melahirkan si buah hati ke dunia sangatlah penting dalam menciptakan rasa aman dan nyaman. Selalu ada setiap kali istri membutuhkan!" tegas Anna Surti Ariani Psi dari Medicare Clinic, Menara Kadin, Kuningan, Jakarta.

Temani ke Dokter

Dr Andon Hestiantoro SpOG(K) yang berpraktek di RSCM, menjelaskan dukungan dan peran suami yang baik dan benar sangat membantu istri yang sedang hamil untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin mengganggu kehamilan serta persalinan sejak dini. "Tak peduli kehamilan pertama atau kesekian, dampingan suami tetap diperlukan saat istri memeriksakan kehamilannya. Dampingan ini akan sangat membantu suami untuk mengetahui sekaligus mengikuti tahap demi tahap perkembangan bayi mereka, apakah ada masalah atau tidak. Selain itu suami pun jadi terbantu memahami gejolak emosi sang istri," jelasnya.

Saat mendampingi pasangan memeriksakan kandungannya, posisikan diri sebagai mitra yang membantu mencari jalan keluar bersama-sama demi perkembangan optimal janin. Kalaupun ada keluhan, besarkan hatinya agar mau berkonsultasi ke dokter dan mendapat jawaban pasti dari ahlinya. Kalaupun hasilnya dianggap kurang memuaskan, ajukan alternatif untuk kepastian jalan terbaiknya ke dokter yang lebih ahli ataupun rumah sakit yang lebih besar.

Jika peran suami dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak akan terjadi. "Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan terlambat menerima perawatan yang tepat," terang dokter yang juga menjabat sebagai Kepala Klinik Yasmin, klinik terpadu untuk kesehatan reproduksi pria dan wanita.

Dampingi Sampai Masa Bersalin Tiba

Saat persalinan berlangsung, perasaan gelisah, cemas dan takut juga menghinggapi sang istri. Ini antara lain karena adaptasi dengan suasana kamar bersalin yang tentu baru bagi ibu. Di samping itu, rasa sakit selama proses persalinan juga sangat mengganggu suasana hati ibu. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan bidan atau dokter untuk menilai kemajuan persalinan juga dapat meningkatkan kegelisahan.

Apalagi, proses persalilnan yang membutuhkan waktu 8-12 jam, membutuhkan kesabaran, kekuatan fisik dan mental ibu. Dukungan suami tentu akan membuatnya kooperatif dan sangat tenang. Sebaliknya, kalau ibu stres, keseimbangan hormon, enzim dan energi yang sangat diperlukan untuk kelancaran proses persalinan bisa terganggu," alas dr Andon.
(Mom& Kiddie//oz)

Ayah Juga Harus Pandai Mengasuh Anak

Saat ini peran seorang seorang ayah tidak lagi hanya sebagai pencari nafkah bagi istri dan anak-anaknya, lebih dari itu, seorang ayah juga dituntut untuk terampil menenangkan anaknya bila menangis, menentukan arah yang tepat bagi anak-anak dan memenuhi kebutuhan emosi anak dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Betapa menyenangkannya bagi seorang anak bila dapat bercanda, bergelayutan di lengan ayah, berolah raga, dan main mobil-mobilan atau masak-masakan dengan sang ayah. Suasana seperti itu pasti sangat dirindukan oleh anak-anak. Jangan hanya ibu yang selalu menemani hari-hari sang anak, ayah juga harus lebih sering meluangkan waktu bersama anak-anak.

Di masa lalu, para ayah menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan dan pengasuhan anak-anak pada sang istri karena umumnya di masa itu tidak banyak istri yang bekerja. Namun di masa sekarang, banyak istri yang bekerja sehingga para suami dituntut untuk berperan dalam mendidik dan mengasuh anak-anak.

Untuk menjadi seorang ayah yang pandai mendidik dan mengasuh anak-anaknya barangkali dapat dilakukan dengan proses learning by doing, memang tidak mudah untuk mengasuh anak karena dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan harus mengerti pola pikir anak.

Menjadi ayah yang harus mengasuh anak memang memiliki peran yang kompleks, walau begitu banyak suami yang enggan melakukan peran yang biasa mereka lakukan sejak masa lalu yaitu mencari nafkah. Karena sang ayah perannya sangat dibutuhkan dalam pengasuhan anak, baik anak laki-laki maupun perempuan.

Bagaimana dengan Anda, inginkah Anda terlibat dalam pendidikan dan pengasuhan anak? [ab/sls-RK]

Ayah, Menentukan Kualitas Anak

Seorang ayah dapat menjadi model bagi anak-anak mereka, mencontoh perilaku ayah itulah yang sering dilakukan anak-anak. Namun tidak selamanya seperti itu, bisa saja sang anak meniru perilaku buruk ayahnya.

Apa pun jenis kelamin anak, ayah adalah model terdekat bagi mereka. Sikap dan perilaku ayah terhadap rumah, keluarga dan orang lain terekam dengan kuat dalam memori anak. Dibanding anak perempuan, ternyata anak laki-laki lebih senang mencontoh perilaku ayah mereka.

Seorang ayah yang bermalas-malasan, memberi catatan pada anak laki-laki untuk juga bersikap demikian. Namun, pada anak perempuan akan lahir pemahaman negatif tentang laki-laki. Dia akan berkesimpulan bahwa sifat laki-laki adalah suka bermalas-malasan!

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menjadi ayah yang baik bagi anak-anak, diantaranya :

- Perlakukan ibu dari anak-anak dengan baik

Menjaga keutuhan pernikahan dan rumah tangga, mendengarkan pendapat istri dan menanggapi kebutuhannya merupakan manifestasi dari perlakuan baik terhadap ibu dari anak-anak. Anak mengamati, dan kemudian membentuk perilaku dan pola pikir tentang menghargai pasangan.

- Peka terhadap kondisi rumah

Perhatikanlah hal-hal kecil yang ada disekitar rumah. Jangan sampai istri atau anak Anda mengingatkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya Anda sudah mengetahuinya namun belum berbuat sesuatu terhadap hal tersebut.

- Luangkan waktu bersama anak

Cara seorang ayah menggunakan waktu luangnya memberi pemahaman pada anak tentang hal penting dalam hidup ayah. Bila ayah menggunakan waktu luangnya bersama anak, anak akan paham bahwa ia penting dalam kehidupan ayah. Bila ayah asyik bermain sendiri, anak menafsirkan bahwa ayah mementingkan dirinya sendiri.

Menjadi seorang ayah memang memerlukan proses yang panjang, diawali sejak masa kanak-kanak. Ayah yang santun, menghargai istri dan anak-anak, peduli urusan rumah, dan sadar bahwa perilakunya menjadi teladan bagi anak-anak mereka tidak terbentuk begitu saja ketika ia sudah jadi ayah.

Berikut kelanjutan dari artikel sebelumnya.

- Komunikasi dengan anak

Umumnya ayah hanya mau bicara dengan anak bila anak melakukan kesalahan. Cobalah untuk membiasakan berkomunikasi dengan anak serta dengarkan ide serta masalah yang mereka miliki.

- Jadilah guru bagi anak

Ajarkan hal baik dan buruk pada anak-anak. Dengan demikian, mereka akan membuat keputusan yang baik untuk dirinya.

- Disiplinkan anak dengan cinta

Anak butuh bimbingan dan teladan, bukan ‘cuma’ hukuman. Tunjukkan tentang dampaknya bila anak tidak disiplin, tetapi tidak dengan menghukumnya.

- Sediakan waktu untuk makan bersama

Makan malam bersama, misalnya, dapat Anda jadikan kesempatan untuk mendengarkan hal-hal yang dilakukan anak sepanjang hari.

Mulailah sedari sekarang untuk menjadi model terbaik bagi anak-anak Anda. Bagaimana? [ab-rk]

Istri Hamil, kok Suami yang Ngidam

Yang harusnya dimanja dan dituruti kemauan ngidam kan harusnya calon ibu. Bagaimana kalau posisinya terbalik, dan anda yang harus memenuhi urusan ngidam suami? Agak bete juga ya.

Tapi tahukah Anda, ngidam pada calon bapak itu sama normalnya dengan ngidam pada ibu hamil. Gejala ngidam tanpa diobati akan hilang sendiri. Biasanya begitu kehamilan isterinya mencapai trimester kedua atau ketika sang jabang bayi lahir.

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa persentase suami yang ngidam cukup tinggi. Ada yang mengatakan sedikitnya 20% dari suami-suami yang isterinya sedang hamil mengalami fenomena ngidam, bahkan ada yang mengatakan sampai 80%. Sebuah angkayang menakjubkan ya. Entah mana yang benar, yang jelas di Indonesia sepertinya belum ada data yang cukup akurat tentang suami ngidam ini.

Fenomena ’suami ngidam’ ini lazim disebut couvade syndrome, atau disebut juga sympathetic pregnancy. Fenomena ini sampai sekarang memang masih dianggap sesuatu yang agak misterius. Mungkin karena tidak terlalu banyak ahli yang menganggap ini sesuatu yang cukup penting dan cukup menarik untuk diteliti. Sehingga, informasi ilmiah yang akurat tentang hal ini memang masih kurang.

Definisi atau batasan couvade pun tidak begitu jelas, antara lain dipengaruhi oleh persepsi budaya suatu kelompok masyarakat atau bahkan definisi ini dapat berbeda dari orang per orang dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Buktinya, pada suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada suatu kelompok masyarakat tertentu, persepsi seorang suami dapat berbeda dengan isterinya sendiri tentang couvade ini.

Sering terjadi seorang isteri menganggap suaminya mengalami couvade atau ngidam, tetapi ketika ditanyakan kepada suaminya ia justru merasa tidak ngidam. Mungkin memang sang suami tidak menyadari bahwa ia mengalami perubahan emosi dan kondisi tubuh, mungkin juga ia malu untuk mengakui. Maklum banyak orang yang beranggapan seorang laki-laki tidak pantas untuk terlihat lemah, ia harus dapat selalu tampak kuat, apa pun yang terjadi di dalam hati dan tubuhnya.

Namun, di luar masalah definisi ini, beberapa ahli mencoba memberikan landasan ilmiah tentang couvade. Tentu saja ini berdasarkan teori-teori baku yang ada. Fenomena ngidam ini merupakan suatu fenomena psikosomatis. Artinya gejala yang dialami tubuh (secara fisik) yang disebabkan oleh dorongan psikis.

Psikosomatis berasal dari kata psiko = psikis dan somatik = tubuh. Hampir semua fenomena psikosomatik melibatkan terjadinya perubahan hormonal. Para ahli pun sepakat bahwa fenomena suami ngidam ini pun melibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh sang calon bapak.

Ada beberapa teori yang sering diajukan para ahli tentang couvade syndrome ini. Yang pertama, dikatakan bahwa seorang suami secara psikologis mempunyai perasaan sebagai seseorang pelindung, yang merasa wajib melindungi, mengayomi dan menanggung beban terbesar dalam keluarga. [kcm]

Bila Istri Shopaholic (Gila Belanja)

Istri Anda shopaholic? Atau karena Anda yang keterlaluan tak suka belanja, sehingga melihat istri Anda berlebihan? Berapa banyak yang ia beli sangat relatif. Umumnya perempuan suka belanja, dan belanja bajunya lebih daripada laki-laki. Ini bukan hasil penelitian, tapi pengamatan dan ngobrol dengan teman-teman. Meski ada juga laki-laki yang sangat suka belanja.

Kalau Anda sampai terheran-heran dengan belanjaan istri, sudah saatnya Anda bicara dengannya tentang pengelolaan keuangan keluarga. Siapa tahu karena baru setahun menikah dan belum punya anak, istri Anda masih membawa kebiasaannya semasa lajang. Bisa juga, ia aji mumpung. Mumpung belum punya anak, sekarang masih waktunya bersenang-senang.

Barangkali saja istri Anda adalah tipe yang mengharapkan suami menyediakan semua kebutuhan materi untuk keperluan rumah tangga, dan uangnya ditambah penghasilan suami adalah miliknya yang digunakan sesuka hati. Daripada Anda sebal sendiri, lebih baik dibicarakan sekarang.

Ajak istri Anda bicara mengenai rencana masa depan Anda berdua. Anda tidak usah menyinggung kebiasaan belanja, tapi ajaklah ia berdiskusi mengenai apa yang ingin Anda berdua capai.

Kalau Anda belum punya rumah, kapan Anda punya rencana untuk membeli rumah? Bagaimana memenuhi keinginan itu, kapan Anda punya anak, dan apa yang harus dipersiapkan.

Ajak ia menghitung pengeluaran Anda berdua sekarang, dan kebutuhan Anda berdua. Ajak istri Anda menentukan besar uang yang harus disisihkan dan berapa sisa yang dapat dibelanjakan. Dengan cara ini, mungkin, istri Anda dapat mengerem keinginannya belanja.

Ajaklah istri Anda berpikir rasional. Kalau Anda keras menegurnya bisa jadi ia malah melawan. Anda juga perlu tahu, apakah istri Anda ini sebetulnya merasakan belanjanya keterlaluan atau wajar-wajar saja? Kalau ia menganggap belanjanya memang keterlaluan, akan lebih mudah diajak bicara daripada kalau ia merasa apa yang dilakukannya biasa-biasa saja dan Andalah yang keterlaluan.

Mulailah dengan diskusi. Saling mendengarkan pendapat itu paling tepat untuk mencari solusi. [ab-RK]

Jadi “Ayah Rumah Tangga”



Tiap hari ibu ke kantor, sementara ayah lebih banyak di rumah. Anak-anak pun diasuh ayah. Dedikasi sebagai ayah?

Mantan karyawan BUMN, sebut saja Ardi, lebih punya banyak waktu untuk mengasuh dan merawat si sulung (6 tahun) dan si bungsu (4 tahun) di rumah dibanding istrinya. Sejak 3,5 tahun lalu, ia memutuskan pensiun dini dan mulai mewujudkan apa yang dicita-citakannya selama ini: menulis buku. Ardi memang berminat dan punya bakat menulis. Selama masih ngantor, di sela kesibukan kerja, ia sesekali menulis dan mengirim tulisannya ke media massa.

Situasi ini memungkinkan Ardi lebih leluasa mengawasi si kecil di rumah. Sementara sang istri, yang menduduki jabatan penting dan punya prospek cerah di sebuah perusahaan swasta, tetap aktif bekerja. Walau ada pembantu, Ardi tetap yang lebih banyak memegang anak-anaknya. “Pembantu ‘kan cuma membantu,” ujar Ardi.

Pandangan miring lingkungan

Keputusan Ardi bisa jadi kurang lazim di masyarakat kita, bahkan juga di negara maju; sekalipun sejak beberapa dekade wacana house husband mencuat. Yang biasanya menjadi dasar keputusan ayah untuk tinggal di rumah adalah kepedulian ayah akan pengasuhan dan perawatan anak serta kompromi dengan pasangan. Misalnya, karena prospek karier dan pendapatan istri yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Bagi Ardi, tantangan menjadi ayah rumah tangga dengan aktivitas yang lazimnya dikerjakan para ibu tidak lebih berat dibandingkan stigma lingkungan. Keterampilan rumah tangga mudah dipelajarinya dalam waktu singkat, tetapi menghalau pandangan aneh sekeliling ketika ia sibuk berbelanja dan mengantar-jemput anak-anaknya, diakuinya cukup menguras energi dan perasaan.

Dalam kasus Ardi, ia beruntung memperoleh dukungan dari pasangan, anak-anak dan keluarga. Teman-teman dekat dan relasinya pun lambat laun mulai bisa menerima keputusan Ardi. Bahkan, para tetangganya memperbincangkan dedikasi Ardi sebagai ayah dengan nada bangga.

Cuti untuk mengasuh anak

Keputusan Ardi sebenarnya bukan hal asing untuk negara maju seperti Jerman. Erziehungsurlaub atau cuti untuk mengasuh anak diberikan kepada ibu yang punya anak-anak balita. Belakangan hak serupa diberikan pada ayah, jika ia mengajukan permohonan kepada perusahaan tempat ia bekerja.

Prosedurnya kurang-lebih sama dengan cuti mengasuh anak untuk ibu, yaitu diajukan empat minggu sebelumnya. Biasanya dimulai sejak anak lahir. Lamanya maksimal delapan tahun, tergantung kebutuhan ayah atau ibu. Selama cuti, ayah atau ibu dapat mengerjakan tugas kantor secara paruh waktu. Hak cuti mengasuh anak yang cukup lama ini diberikan atas pertimbangan bahwa hingga usia sekolah, anak-anak butuh bimbingan dan dampingan orang tua.

Kondisi lain, biaya menyewa tenaga pengasuh cukup tinggi, meskipun kini tersedia secara luas tempat penitipan anak, atau ibu asuh (ibu yang mengasuh selama orang tua bekerja). Di samping itu, semakin berkembangnya lapangan kerja untuk perempuan, yang notabene juga ibu, tak dapat dipungkiri berpengaruh pada pertimbangan keluarga muda.

Menerapkan cuti untuk mengasuh anak dengan mengopi bulat-bulat apa yang dilakukan para ayah di negara maju tidaklah mungkin. Tentu perlu pertimbangan tertentu, misalnya, dalam hal pemenuhan biaya hidup. Namun motivasi dan semangat untuk memperjuangkan hak anak agar mendapat pendidikan dan asuhan terbaik dari orang tua, baik ayah atau ibu, patut diacungi jempol. Betapa tidak, perlu keberanian ayah untuk menjalankan peran sebagai “ayah rumah tangga”.

Andi Maerzyda A. D. Th.

Menghadapi Istri Yang Terlalu Dominan

Seringkali dalam keluarga, sang istri bersikap terlalu dominan. Misalnya sebagai penentu terhadap suatu keputusan, pencari nafkah utama, atau sebagai pendidik utama anak. Sepantasnya, seorang suamilah yang mesti memegang kendali keluarga. Suami tetap sebagai kepala rumah tangga. Tentu saja ada tugas-tugas yang tidak dapat dialihkan begitu saja pada sang istri. Idealnya, diantara mereka harus ada pembagian tugas dan kewajiban yang disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitasnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan istri terlalu dominan :

Suami
Bisa jadi istri ‘gregetan‘ terhadap sikap suami yang dianggapnya lemah. Mungkin, sikap suami yang demikian karena pola pendidikan yang salah dari orang tuanya. Suami terbiasa dimanja sehingga amat bergantung pada orang lain.

Watak Istri
Istri yang berwatak dominan, keras, dan mau menang sendiri makin menjadi-jadi jika suami tak mampu mengimbanginya. Misalnya, bila suami justru bersikap lemah, mengalah, dan menyerahkan segala sesuatunya pada sang istri.

Dampak Pada Anak
Sikap istri yang dominan, akan berdampak terhadap perkembangan sang anak. Anak akan tumbuh menjadi seorang yang tergantung. Tidak dapat lepas dari ibunya yang selalu membantunya dalam segala hal. Semua tindakan itu tanpa disadari akan mencetak anak menjadi seorang yang tidak mandiri alias serba tergantung dengan orang lain.
Dampak yang lain, anak akan lebih mengidolakan sang ibu yang dianggapnya serba bisa dan cenderung meremehkan sang ayah. Bila mengalami kesulitan, ia akan minta bantuan ibu, bukan ayah. Akibatnya, wibawa ayah tak lagi berarti di mata anak.
Tak jarang, keadaan ini baru ketahuan bila sudah memasuki gerbang perkawinan. Saat pacaran, ‘ kelemahan’ ini tidak begitu terlihat. Karena biasanya kepedulian, toleransi dan tenggang rasa masih besar. Tapi begitu menikah, terbukalah semua itu. Bagaimana bila semua itu sudah terlanjur?
Berikut Tips untuk mengatasinya :

Bila sikap dominan istri karena suami ‘lemah‘ :
*. Hindari melayani suami terus menerus. Jangan membiasakan, sehingga membuat suami terlena.
*. Berikan kesempatan pada suami untuk mengambil keputusan.
*. Ajaklah suami berbicara. Alihkan perlahan-lahan permasalahan keluarga yang seharusnya merupakan porsi suami.
*. Dukunglah suami untuk mulai berpikir bijaksana, sehingga rasa percaya diri dan harga dirinya mulai tumbuh. Ini penting untuk perkembangan selanjutnya.
*. Bila sikap dominan istri karena watak :
*. Ajaklah istri berkomunikasi. Bisa jadi, istri tidak menyadari ‘kelebihannya‘. Jangan merasa malu atau gengsi karena bila tidak segera diatasi, akan semakin berlarut-larut dan sangat merugikan wibawa atau harga diri suami.
*. Ambil alih secara perlahan-lahan apa yang seharusnya dilakukan suami, apalagi yang menyangkut kebijakan keluarga.
*. Tetap hargai apa yang telah diperbuat istri. Namun, berikanlah pengertian padanya bahwa suami mempunyai tanggung jawab yang besar dibanding istri. Tentu saja ini harus diimbangi kemampuan dan pola pikir yang bijaksana.

Ayah, Ekspresikan Perasaanmu!

Bapak-bapak sadarilah. Mengekspresikan perasaan pada si anak itu sangat penting buat dia. Jangan terlalu cool atau jaga gengsi.

Mungkin Anda suka film silat atau film western yang dibintangi Clint Eastwood. Sang hero selalu kelihatan tenang dan jarang bicara, bahkan dingin. Mungkin Anda merasa seperti itulah seorang laki-laki harusnya bersikap, bahkan terhadap keluarga, termasuk pada anak.

Anggapan ini kuno, klise dan keliru. Emosi Anda bermanfaat bagi perkembangan jiwa si kecil. Dan pada akhirnya, ini juga baik bagi Anda.

Anak pasti mencontoh

Jauhkan tokoh fiktif ala Clint Eastwood. Soalnya, selain konyol, Anda harus tahu Anda pun akan ditiru oleh anak. Kalau Anda terlalu sering bersikap hening dan angker di rumah (belum lagi kalau berhilir mudik sambil merokok dan mengenakan topi koboi) hanya karena ingin kelihatan kuat atau berwibawa, anak Anda tidak akan bisa mengelola perasaanya sendiri. Tidak bisa dihindari, orang tua adalah faktor yang paling berpengaruh.

Karena itu, rilekslah. Perlihatkan pada keluarga, tentunya dalam batas kewajaran, segala perasaan Anda. Biarkan si kecil tahu kalau Anda sedang gembira, sedikit kesal atau pun mungkin sedih. Sebenarnya, yang lebih penting adalah biarkan si kecil tahu bahwa Anda dapat mengelola perasaan Anda.

Dengan begitu, si kecil pun akan dapat belajar berempati. Kalau Anda katakan tadi sempat kesal di kantor, mungkin akan timbul insipirasinya untuk menghibur Anda.

Harus proporsional

Walaupun kebiasaan mengekspresikan perasaan akan sangat bermanfaat bagi si kecil, tapi Anda harus proporsional. Apakah Anda termasuk orang yang kalau sedang bad mood , seluruh rumah harus ikut merasakannya, seperti dikisahkan seorang anak laki-laki dalam buku A Man’s Guide To Raising Kids karya Michael Grose , penulis dan pembicara kondang soal masalah keluarga di Australia. Kalau hal ini berlangsung secara intens, tak terbayangkan bagaimana pertumbuhan emosi anak-anak Anda.

Begitupun sebaliknya, kalau kehidupan keluarga Anda hanya diisi dengan canda dan tawa, apa jadinya dengan penerapan disiplin, misalnya? Sekali-sekali, Anda perlu marah juga, bukan?

Apa pun bentuk ungkapan perasaan ayah, belajar mengekspresikan perasaan adalah hal yang sangat penting dipahami anak. Yang jelas, bagaimana cara Anda mengelola perasaan, membantu anak mengelola kesedihan, kemarahan dan kegembiraan yang dialaminya. Jadi, dari sekarang jauhilah fantasi Clint Eastwood Anda.

Bagaimana Ungkapkan Emosi?

- Membelai halus pundak si kecil membuat anak rileks, nyaman dan merasa dicintai. Hingga dewasa, anak selalu merindukan belaian ini dan sampai kapan pun sensasi juga akan Anda nikmati.

- Biasakanlah bercerita dengan bahasa yang dimengerti anak, tentang apa yang Anda alami di kantor dan bagaimana Anda mengelola perasaan Anda.

Apa yang Dibutuhkan Anak Laki-laki dari Ayahnya?



Anak laki-laki yang dirawat dan mendapat sentuhan fisik ayah, dapat menerima diri secara positif dan merasa aman dengan maskulinitasnya.

Suatu penelitian mengungkap bahwa para ayah perlu berinteraksi dengan anak sedikitnya dua jam sehari dan enam setengah jam di akhir minggu. Dengan bertambahnya usia anak, jumlah waktu bisa saja berkurang.

Namun kebutuhan anak laki-laki untuk berinteraksi dengan ayah, dua kali melebihi kebutuhan anak perempuan. Apa yang dibutuhkan anak laki-laki dari sosok ayah?

Butuh ayah penuh kasih

Anak laki-laki butuh melihat ayah. Kondisi minimalnya, anak laki-laki butuh sering melihat sosok ayah. Namun ayah yang baik tentu tidak puas bila hanya ditonton oleh anak. Anak laki-laki butuh ayah yang menunjukkan kasih sayang. Ayah yang selalu mengambil jarak dengan anak, tampak dingin dan kaku saat berbicara dengan anak, adalah ayah yang ketinggalan jaman.

Anak laki-laki butuh ayah yang memberi batasan pada perilakunya. Kontradiksi? Tentu tidak. Memberi batasan perilaku tidak bertentangan dengan menunjukkan kasih sayang. Malah, kemampuan ayah memberi batasan perilaku pada anak, dipertinggi bila ia punya kedekatan dengan anak. Tanpa batasan perilaku dari luar, anak laki-laki tidak akan punya kemampuan mengendalikan diri.

Suatu penelitian menyebutkan pentingnya permainan fisik, seperti bergulat, antara ayah dan anak laki-lakinya. Permainan ini membantu anak laki-laki mengembangkan kemampuan mengendalikan emosi dan perilaku, serta mengenali dorongan emosi orang lain.

Saat mengalami perubahan fisik menjadi remaja laki-laki atau pria dewasa sekali pun, anak laki-laki masih butuh bantuan ayah. Dari ayahnya, anak laki-laki ingin belajar menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab, dan menerima maskulinitasnya dengan gembira.

Saling belajar

Anak laki-laki belajar dari ayah, dan para ayah pun belajar dari anak laki-lakinya melalu interaksi mereka. Menjadi model bagi anak laki-laki merupakan cara ayah memberi pengaruh, baik emosi, sosial maupun fisik.

Saat Anda merasa kesal dan marah sepulang bekerja, komunikasikan perasaan Anda kepada keluarga. Sebab, anak kerap salah memahami mood jelek orang tuanya. Anak biasanya menganggap dirinya penyebab kemarahan orang tuanya.

Para ayah perlu mengekspresikan perasaan-perasaannya. Tidak hanya ekspresi marah, tetapi juga sedih dan frustrasi. Laki-laki yang mencari dan mendapat dukungan emosi dari keluarga akan mengalami kehidupan keluarga yang harmonis.

Mencegah Kekerasan Domestik

- Anak laki-laki butuh ayah yang dapat dijadikan contoh baik, karena ia lebih tertarik meniru ayah. Anak laki-laki ingin mengamati ayahnya setiap saat, juga dalam hal mengendalikan emosi.

- Anak laki-laki belajar memperlakukan perempuan dengan mengamati ayah. Seorang ayah yang menghormati dan memperlakukan istri dengan baik, akan ditiru anak laki-lakinya. Begitu pula bila ayah memperlakukan istri dengan kasar dan sering mencaci, anak laki-laki akan memperlakukan perempuan dengan cara sama.

- Pencegahan terjadinya domestic violence, kekerasan dalam rumah tangga, dapat dengan cara mendidik anak laki-laki dalam keluarga dimana ayah dan ibu saling menghormati, mencintai dan mendukung

Bulan-Bulan Pertama Sebagai Ayah



Kegembiraan sebagai ayah baru bisa saja berubah karena benak Anda tersusupi kecemasan dan rasa khawatir. Bagaimana agar rasa bahagia sebagai ayah baru tetap menghuni relung hati Anda?

Wajar saja jika kegembiraan Anda setelah mendapatkan si kecil dihinggapi sejumlah kecemasan dan rasa khawatir. Anda tidak sendiri. Ayah-ayah baru lainnya pun bisa saja memiliki kekhawatiran yang sama. Akankah bayi ini menyukai saya? Akankah saya terlibat dalam kehidupan anak? Akankah saya dapat terlibat dalam pengasuhan seperti yang saya inginkan? Adakah yang harus saya korbankan agar hal itu tercapai?
Mengenal perkembangan anak

Mengenali perkembangan dan pertumbuhan si kecil bisa menjadi langkah pertama yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi berbagai kecemasan. Setidaknya, Anda dapat melakukan sesuatu untuk si kecil sehingga pertanyaan: “Apa yang dapat saya lakukan untuk terlibat dalam pengasuhan si kecil”, terjawab.

Setelah itu, kedekatan Anda dengan si bayi baru bisa membuat Anda dicintainya. Apa yang dapat Anda lakukan? Sentuh atau gendonglah si kecil sesering mungkin, bukan hanya ketika Anda merasa wajib membantunya. Misalnya, ketika ia menangis karena lapar dan haus atau basah karena mengompol.

Namun wajar-wajar saja jika pada awalnya Anda khawatir menggendong si kecil. Pada usia 1 bulan tubuh si kecil memang tampak sangat rapuh. Tidak sedikit ayah yang enggan menggendong bayi kecilnya karena takut tangan besarnya menyakiti bayi, misalnya. Untuk ini, kumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai cara menggendong bayi yang tepat. Ada baiknya Anda lakukan hal ini jauh hari sebelum kelahiran bayi.

Saat menggendong atau memandanginya, coba perhatikan ada berbagai refleks ditunjukkan bayi Anda pada bulan-bulan awal hidupnya. Refleks-refleks tersebut adalah refleks mengisap, re fleks menggenggam, refleks Moro, refleks menghentak dan refleks otot leher. Anda dapat mempergunakan ciri khas ini untuk memberikan stimulus yang sesuai.

Perkembangan lain yang perlu Anda ketahui adalah, dari sisi persepsi sensori, bayi mampu memfokuskan pandangan pada objek yang terletak di depannya dalam waktu yang singkat. Ia juga mampu merespons suara dengan menangis atau diam. Ia juga senang melihat warna yang kontras seperti hitam dan putih.

Sedangkan dari sisi psikologis, bayi akan sangat responsif dan gembira melihat dan mendengar pengasuh utamanya. Yaitu, ibunya, Anda sebagai ayahnya, atau pun si pengasuh. Buah hati Anda akan tenang saat diangkat dari tempat tidurnya, misalnya. Ayah dapat menggunakan kesempatan ini untuk membina kedekatan dengan buah hatinya.
Hari-hari si kecil

Bayi baru lahir umumnya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Ayah tak perlu khawatir jika bayi mengeluarkan suara yang cukup keras dalam beberapa waktu selama tidur.

Selain itu, hari-hari si kecil diwarnai tangisnya. Menangis memang merupakan cara bayi berkomunikasi. Bersama pasangan Anda dapat mengenali berbagai jenis tangisnya. Kapan tangis yang berarti lapar, minta dikeringkan dari ompolnya, atau hanya ingin ditimang.

Tak kalah penting adalah membantu pasangan mengenal proses sekresi dan perasaannya yang tak stabil. Mengingat makan atau minumnya belum berjadwal khusus, sekresi juga tak dapat dipastikan. Perasaannya pun demikian, semenit tenang, kooperatif dan kemudian berteriak pada menit berikutnya.

Memijat bayi dapat pula Anda lakukan. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir ini, sebagaimana ditulis situs infantmassage, keterlibatan ayah dalam memberikan pengalaman perabaan pada bayi baru lahir melalui memijat bertambah. Jadi, ayah tak lagi hanya bisa mengganti diaper , memberi susu botol, memandikan, memeluk dan mengayun bayinya.
Mengenal si kecil membantu Anda dekat dengannya dan sekaligus bersama-sama pasangan terlibat dalam pengasuhan. Anda akan melihat dan menemukan kegembiraan yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya pada bayi Anda, istri dan Anda sendiri.
Fakta

Bila ibu lebih khawatir akan isu yang fungsional seperti perut yang nampak jelek setelah melahirkan atau jadwal menyusui, ayah lebih khawatir dengan penampilan bayi. Seperti: “Mengapa bayi saya berjerawat mukanya? Mengapa kulit kepala bayi saya mengelupas?”

Ayah & Gadis Kecilnya



Apa yang seorang ayah lakukan dengan si putri akan berdampak jauh pada masa depannya. Sikap ayah terhadap anak perempuan juga sangat berbeda dibandingkan anak pria.

Ayah membedakan sikapnya terhadap bayi berdasar jenis kelamin, jauh sebelum buah hatinya itu lahir. Ayah bersikap lebih halus dan lemah lembut terhadap bayi perempuan dibanding pada bayi laki-lakinya. Bila ditelusuri lebih jauh, sikap ini berkait erat dengan harapan orang tua dan pola pikir masyarakat yang sangat mengakar.

Memperkuat peran jenis kelamin

Perbedaan sikap yang ditunjukkan ayah tidak hanya ketika anak masih bayi. Ayah juga memilih cara permainan yang berbeda sesuai jenis kelamin si kecil. Para ayah lebih senang mengajak anak perempuannya berbicara, dibanding mengajaknya bermain. Para ayah juga cenderung memilihkan mainan yang sesuai jenis kelamin anak.

Tanpa disadari para ayah, sikap tersebut mengarahkan dan menanamkan sikap feminin dalam diri anak perempuan mereka. Ini dinyatakan oleh Michael E. Lamb , dalam bukunya The Role of The Father in Child Development. Ia mengungkapkan, hubungan antara ayah dan anak perempuannya akan mempengaruhi kualitas feminin si gadis kecil.

Dengan meniru ibu dan mengamati reaksi ayah, seorang anak perempuan mengembangkan intuisi dan sikapnya dalam berhubungan dengan lawan jenis. Dengan cara ini pula si gadis kecil, kelak, akan mengasah kemampuannya untuk berhubungan dengan lawan jenis. Karenanya, ayah harus tetap menjaga sikap terhadap ibu di depan si kecil.

Lamb meyakini adanya hubungan sebab-akibat antara pengalaman seorang anak perempuan bersama ayahnya dengan kemampuan anak tersebut menjalin kasih sayang dengan orang lain di kemudian hari. Kenangan hubungan anak perempuan dengan ayahnya membuat ia lebih objektif menilai teman prianya. Hal ini juga membekalinya dengan kemampuan menjalin hubungan kasih yang lebih sehat kelak.

Feminin juga maskulin

Di mata seorang anak perempuan, ayah biasanya menawarkan dunia yang lebih luas dan menantang untuk dihadapi. Dari sang ayah, anak perempuan mempelajari otoritas, power , persaingan dalam bekerja, cara mengungkapkan kemarahan, cara mengelola uang, mengambil risiko dan mengembangkan citra diri. Bahkan, si anak perempuan itu tetap membutuhkan saran dari ayahnya mengenai karier, investasi, keuangan dan sebagainya, sampai ia dewasa. Setelah dewasa pun ternyata si anak perempuan ini tidak dapat melepaskan begitu saja bayang-bayang manis hubungannya dengan sang ayah tercinta.

Melihat kenyataan ini, para ayah sebaiknya introspeksi. Hindari tabiat buruk di depan si putri. You need to be a better man .

Jika Ayah Tak Ada

Dalam beberapa penelitian tercatat beberapa akibat tidak berperannya sosok ayah dalam kehidupan anak perempuannya. Si anak perempuan itu akan:

- Sulit menampilkan sifat-sifat feminin ketika tumbuh menjadi wanita dewasa.
- Selalu haus figur laki-laki. Namun, ia mudah kecewa jika laki-laki yang hadir dalam hidupnya tidak sesuai dengan gambaran laki-laki yang hadir dalam alam khayalnya.
- Sulit menjalankan peran sesuai jenis kelaminnya.
- Mudah merasa cemas bila berada diantara laki-laki

Pria, Sosok 'Pahlawan' Keluarga

SETELAH menikah, status pria secara otomatis berubah. Tidak sekadar menjadi suami, tetapi juga kepala keluarga.

Bahkan, tak menutup kesempatan statusnya bertambah sebagai ayah, setelah diketahui sang istri mengandung anak dari buah cintanya. Tantangan itulah yang sering kali dihadapi pria masa kini yang selalu disibukkan oleh rutinitas pekerjaan di kantor. Sesibuk apa pun pekerjaan, pria tetap harus bersikap bijaksana untuk membagi waktu antara urusan pekerjaan dengan keluarga.

Menurut berita yang dilansir Askmen, seorang pria bisa menjadi 'pahlawan' keluarga dengan melakukan beberapa kebiasaan, seperti:

Mengajar dan mendidik

Mendidik anak tidak seutuhnya menjadi tanggung jawab seorang istri. Pria pun harus mempunyai andil yang sama untuk mengajari anak dengan berbagai mata pelajaran di sekolahnya layaknya seorang guru. Oleh karena itu Anda tetaplah meluangkan waktu untuk memerhatikan anak, meskipun pekerjaan menumpuk.

Konsisten dan tegas

Biasanya pria lebih mudah memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk selalu bersikap konsisten dan tegas. Tak heran ketika anak tumbuh menjadi pria dewasa, dia pun akan meniru gaya kepemimpinan sang ayah. Maka janganlah Anda membuang waktu begitu saja untuk tidak menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik kepada anak.

Jadwal rekreasi keluarga

Selama satu pekan, Anda pasti mendapatkan jatah libur dari perusahaan tempat Anda bekerja. Nah, inilah kesempatan bagi Anda untuk mengajak buah hati dan istri bertamasya. Anda tidak boleh mementingkan diri sendiri, karena anak biasanya selalu merindukan kehadiran ayahnya untuk melakukan aktivitas bersama.
(tty-oz)

Pria Idaman Wanita

Apakah Anda belum memiliki pasangan ? Apakah Anda kesulitan mencari pacar? Berikut tips agar Anda menjadi pria idaman wanita.
• Percaya diri. Wanita suka pria yang percaya diri. Percaya diri merupakan nilai tambah bagi pria. Bila Anda tidak pede cobalah berdiri di depan cermin dan katakanlah “Saya yang terbaik” atau Anda dapat mencoba kalimat lain yang dapat membuat Anda tampil percaya diri.
• Suka humor. Jangan terlalu serius. Kalau perlu kumpul-kumpul dengan teman yang suka bercanda biar ketularan.
• Jam terbang tinggi. Kenapa bingung melihat teman Anda yang playboy-nya nggak ketulungan sukses menggaet cewek-cewek cantik? Sebab wanita memang suka pria berpengalaman.
• Sukses, siapa sich yang terkagum-kagum pada pria gagal ? Semua pasti suka cowok sukses. Apalagi sukses identik dengan uang.
• Pandai. Pernah dengar cewek-cewek bilang bahwa pandai itu seksi ? Itu tepat sekali. Kalau perlu pakai kacamata trendi agar kelihatan pandai.
• Romantis. Bila mengatakan sesuatu yang mesra, tataplah matanya, sentuhlah tangannya dan katakan “Aku bisa mengerti perasaanmu.