“Ibu Lain Kok Lebih Oke Ya….?”
Anda sering beranggapan bahwa orang tua lain lebih mahir dan lebih baik dalam mengasuh anak. Anda merasa kalah ?
“Saat pertama kali jadi ibu, saya banyak bertanya pada teman yang sudah jadi ibu dan mahir mengasuh anaknya. Dia punya 3 anak, dan selalu memberi ASI pada ketiga anaknya. Teman saya ini juga selalu ada waktu menemani ketiga anaknya bermain, menyuapi saat makan, memasak dan membuat kue kesukaan anak-anaknya. Bagi saya, teman saya ini merupakan ibu yang ideal. Saya jadi bertanya-tanya, ‘mampukah saya jadi ibu yang sempurna seperti teman saya ini?’”, ungkap Anita, ibu rumah tangga dengan satu anak.
Seringkali seorang ibu memandang ibu lain dengan rasa kagum sekaligus juga iri. “Kok bisa ya, dia mengasuh anaknya dengan baik padahal dia juga bekerja? Kok bisa ya, dia mendidik anak-anaknya menjadi anak penurut dan sopan? Kok bisa ya, dia meluangkan waktu untuk anaknya, menyuapi makanan, mengantar dan menjemputnya ke sekolah? Tidak berhenti di sini, beragam pertanyaan lain bernada penuh kekaguman pun berloncatan dalam benak Anda. Ini membuat seorang ibu tersebut merasa kalah dibanding ibu lain yang terlihat begitu sempurna.
Perasaan bersaing
Sikap seorang ibu yang kadangkala membandingkan dirinya dengan ibu lain dalam merawat, mengasuh, dan mendidik anak merupakan hal lumrah yang kerap terjadi. Mengapa demikian?
“Kita memang berada di lingkungan yang penuh dengan situasi persaingan. Ini terjadi pula di antara sesame ibu,” ujar Jane Swigart, Ph.D ., penulis The Myth of the Perfect Mother. “Mitos-mitos seperti: ibu harus dapat melakukan segala hal seperti memasak makanan yang enak dan selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya, merupakan harapan yang kadangkala sulit dipenuhi seorang ibu. Namun bukannya tak mungkin, hal ini dapat dilakukan tanpa kesulitan oleh ibu lain,” lanjut Swigart.
Rasa persaingan ini tak cuma muncul dalam hal pengasuhan anak. Proses melahirkan dan pemberian ASI dapat pula memicu timbulnya rasa bersaing dan terelebih lagi perasaan kurang disbanding orang lain. Seorang ibu yang berniat melahirkan secara normal namun pada akhirnya harus menjalani persalinan melalui operasi, sering dilanda perasaan gagal dalam dirinya.
Seorang ibu yang tak berhasil memberikan ASI pada buah hatinya, merasa kalah melihat ibu lain rutin memberi ASI pada anaknya. Perasaan-perasaan yang kerap menilai ibu lain selalu lebih baik dan lebih sempurna dibanding apa yang telah dilakukannya, membuat seorang semakin merasa rendah diri.
Terlalu kritis
Adakalanya ibu tak membandingkan dirinya dengan ibu lain. Namun ia membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Berbagai hal dibandingkan. Misalnya saja, “Kok anak itu lebih pintar? Kok bayi 10 bulan itu sudah bisa berjalan? Kok anak itu lebih penurut?”
Cobalah yainkan diri Ana bahwa setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Bisa saja Anda melihat anak orang lain terampil berjalan di usia 10 bulan, sementara si kecil Anda masih belajar berdiri. Anda tak perlu cemas dengan menduga-duga anak Anda mengalami hambatan dalam proses tumbuh kembangnya, atau menduga Anda kurang memberikan rangsangan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang si kecil. Sebetulnya, hal ini wajar terjadi karena masing-masing anak punya kecepatan perkembangan yang berbeda-beda.
Melihat anak lain yang lebih sopan dan penurut di kelasnya, dapat pula memancing rasa bersaing ibu. Kok anak saya nakal dan tak mau menurut pada guru? Kok anak saya tak mau duduk diam dan mengerjakan tugas-tugasnya di dalam kelas?
Para ahli psikologi perkembangan sepakat, seorang ibu memiliki kecenderungan bersikap lebih kritis terhadap perkembangan anaknya. Hal ini terjadi karena para ibu memandang pengasuhan anak merupakan tanggung jawab utamanya.
Sikap kritis inilah yang kerap memicu para ibu untuk terus membanding-bandingkan diri sendiri atau pun anaknya dengan ibu dan anak lain. Memang sikap membanding-bandingkan dalam batas tertentu dapat menjadi motivasi positif untuk meraih hasil lebih baik lagi. Namun,bila sikap ini berlebihan, akibatnya Anda akan merasa gagal dan tak.
Harapan realistis
Elizabeth Pantley , penulis buku Perfect Parenting dan ibu 4 anak di Seattle, Amerika Serikat menyatakan, ”Adalah lumrah bila kita ingin menampilkan hal-hal yang terbaik dari diri kita, terutama bila orang lain tengah mengamati diri kita. Ini terjadi pula pada seorang ibu. Biasanya, ibu membandingkan dirinya dengan ibu lain yang dilihatnya di tempat umum atau di sekolah anaknya, atau di tempat kerjanya dan sebagainya. Proses membanding-bandingkan diri inilah yang jadi penyebab rasa rendah diri.”
Hal ini tak perlu terjadi bila Anda memiliki rasa aman dan harapan yang cukup baik dan realistis. Bila Anda mengalami situasi seperti ini, tak ada salahnya, meminta dukungan dan bantuan suami, berdiskusi dengan teman-teman dekat, atau juga bergabung dengan kelompok para ibu sehingga dapat saling berbagi dalam menghadapi masalah ini.
Anda juga perlu memantapkan pikiran Anda bahwa segala sesuatu itu tak tak sempurna adanya. Cara ini akan membuat Anda merasa ringan menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapan Anda.
Lihat kembali kelebihan-kelebihan yang ia punyai. Anda pun melihat, betapa si kecil Anda tak kalah pintar dan tak kalah bersaing dengan anak-anak lain seusianya. Selain itu, hal ini juga membantu Anda menghadapi perasaan-perasaan tidak nyaman, dan juga membangun rasa percaya dalam diri bahwa Anda mampu menjadi orang tua yang sama baiknya dengan orang tua lain.
Cherry Riadi Lukman
Bangkitkan Semangat Anda!
* Berbagi dan berdiskusi
Saat perasaan rendah diri muncul karena merasa kalah bersaing dengan ibu lain, hadapi perasaan ini dengan berbagi dan berdiskusi dengan suami atau pun orang tua lain yang memiliki pandangan terbuka dan dapat membangkitkan semangat Anda. Hal ini membantu Anda menghadapi perasaan tidak nyaman itu dan juga membangun rasa percaya diri bahwa Anda pun sama baiknya dengan orang lain.
* Jangan segera percaya dengan semua yang Anda lihat .
Ingatlah, Anda tak dapat melihat kehidupan orang lain secara lengkap, selain melihat kehidupan Anda sendiri. Oleh karenanya, janganlah terburu-buru berasumsi bahwa kehidupan orang lain lebih menyenangkan ketimbang kehidupan Anda.
* Berusaha tidak panik
Ketika Anda melihat anak orang lain, yang seusia anak Anda, memiliki kemampuan dan keterampilan lebih maju ketimbang anak Anda, Anda jangan segera panik. Sadarilah, bahwa tahapan perkembangan masing-masing anak sangatlah individual, berbeda satu dengan lainnya.
* Tinjau ulang ambisi Anda
Bila Anda memiliki harapan dan ambisi yang tinggi, baik terhadap diri sendiri maupun pada anak, bila tak tercapai dapat membuat Anda merasa kecewa dan juga membuat si kecil terbebani dengan keinginan-keinginan Anda. Ada baiknya Anda melihat kembali ambisi dan harapan Anda selamat ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Wedding
Aktivitas Keluarga
Asuransi Keluarga
Belajar bisnis
Berlibur
Buah Hati
Cinta - Love - Katresnan
Dunia bercinta
Dunia Laki-laki
Dunia Wanita
Fase Pernikahan
Honey Moon
ibadah - puasa
Inspirasi
Istri harus tahu ini...
Kehamilan
Kesehatan Keluarga
Keuangan Keluarga
Komunikasi Sosial
Kontrasepsi Suntik
Malam Pertama
Masa Lalu
Membuka Usaha
Mengurus bayi
Menuju Pernikahan
Menyambut Hari Raya
Obesitas
Pasca Persalinan
Pekerjaan
Pembelanjaan - Kebutuhan RT
Pendidikan Anak
Pengasuh Anak
Perawatan diri - Kecantikan
Perceraian
Perencanaan Keluarga
Pernak-pernik
Persalinan
Perselingkuhan
Poligami
Psikologi anak
Psikology keluarga
Rumahku Surgaku
Sebuah perselisihan
Suami harus tahu ini....
Tentang Seks
Tips - Triks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar