KAWASAN hunian kini bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga. Karena itulah, dalam setiap membangun kawasan hunian, pemerintah mengharuskan pengembang membangun fasilitas sosial dan umum.
Semakin lengkap fasilitas yang tersedia di kawasan hunian, tentunya akan berdampak positif bagi pengembang. Pengembang akan dianggap serius dalam mengembangkan kawasan hunian. Citra pengembang di mata masyarakat dan bahkan pemerintah tentunya akan meningkat.
Sebenarnya, pengembang memiliki harapan lain di balik tersedianya fasilitas di kawasan hunian yang dikembangkan. Di antaranya, mendatangkan sebanyak-banyaknya masyarakat ke kawasan hunian, baik yang bertujuan untuk rekreasi maupun mengantarkan anak sekolah. Dengan cara itu, pengembang bisa meningkatkan penjualan rumah di kawasan hunian yang tengah dikembangkan.
Manager Marketing and Communication PT Procon Indah, Dini Priadi mengatakan, keberadaan sekolah di kawasan hunian dipastikan akan meningkatkan market price rumah di kawasan tersebut. "Prospeknya sangat cerah. Karena trennya memang akan ke situ," tuturnya.
Pengembang baru biasanya akan mengundang lembaga pendidikan untuk mendirikan sekolah. Tentu, lembaga pendidikan yang diundang tetap disesuaikan dengan komunitas di kawasan hunian tersebut. Di kawasan Bintaro Jaya misalnya, yang cukup banyak ditinggali komunitas warga Jepang, akhirnya didirikan Jakarta Japanese School.
Sekolah yang dibangun di kawasan hunian umumnya memiliki fasilitas yang sangat memadai. Maklum, sekolah yang dibangun di kawasan hunian biasanya memiliki standar internasional. Selain itu, lengkapnya fasilitas tersebut juga disesuaikan dengan gaya hidup di kawasan hunian yang sebagian besar berasal dari kelas menengah atas.
Dini mengatakan, standar dari sekolah akan tergantung target pasar kawasan hunian tersebut. Apabila kawasan hunian menargetkan pada pasar menengah ke atas, biasanya akan disediakan fasilitas sekolah bertaraf internasional. Sedangkan bila kawasan hunian menargetkan pasar menengah bawah, tentu tidak akan sesuai bila fasilitas yang dibangun bertaraf internasional.
"Korelasi antara keberadaan fasilitas sekolah dan penjualan rumah tentu saja ada. Apalagi kecenderungan saat ini masyarakat sangat memikirkan kebutuhan pendidikan untuk anggota keluarganya," sebutnya. Sehingga masyarakat akan lebih memilih kawasan hunian yang memiliki fasilitas pendidikan yang sesuai. Kawasan hunian yang memiliki fasilitas pendidikan baik biasanya akan lebih bisa menarik minat calon pembeli.
Biasanya terdapat beberapa tipe kerja sama antara pengembang dan pengelola sekolah. Di antaranya, pengembang menyediakan lahan, kedua pengelola sekolah membeli sendiri tanah di dalam kawasan hunian tersebut untuk dibangun sekolah. Serta pengembang membangun sendiri sekolah di tanah milik pengembang, seperti yang dilakukan oleh Lippo Karawaci.
Menurut Dini, pengembang tentu akan menghitung kebutuhan fasilitas pendidikan berdasarkan jumlah populasi di kawasan huniannya. Pembangunan sekolah bertaraf internasional juga mempertimbangkan target pasar dari sekolah tersebut. Apabila target pasarnya sesuai, maka sekolah tersebut akan tetap diminati. Dia mengatakan, jenjang pendidikan yang diperlukan di kawasan hunian mulai TK, SD, SMP, dan SMA. Sedangkan universitas tidak harus selalu ada. Tergantung kebutuhan dan populasi kawasan hunian tersebut. "Sebenarnya, terdapat standar perhitungan yang dikeluarkan pemerintah mengenai jumlah sekolah (SD, SMP, SMA, dan universitas) yang dibutuhkan di suatu daerah berdasarkan jumlah penduduknya," jelasnya.
Pengamat properti Budhi S Ghozali mengatakan, sudah menjadi rahasia umum dalam mencari lokasi rumah, penghuni berharap bisa berdekatan dengan sekolah putra putrinya. Ketika berangkat ataupun pulang sekolah, tidak perlu banyak menghabiskan waktu dan biaya. "Ini menjadi alasan kenapa pengembang perumahan sekarang banyak membangun sekolah di kawasan hunian," tuturnya.
Dia menjelaskan, tidak semua pengembang memiliki kerja sama dengan pengelola sekolah. Untuk kawasan hunian yang masih baru, biasanya kerja sama yang dilakukan berupa memberikan lahan dengan harga khusus kepada pengelola sekolah. Bahkan, ada juga pengembang yang benar-benar mengadakan kerja sama dengan sekolah. Kerja samanya berupa pengembang menyediakan lahan, sekolah menyediakan pendidikannya. "Pada kawasan hunian yang sudah lama berdiri, sekolah cenderung lebih banyak membeli lahan untuk membangun sekolah," jelasnya.
Saat ini, beberapa kawasan perumahan ada yang memiliki sekolah standar internasional lebih dari satu. Hal ini menunjukkan kawasan hunian tetap merupakan pasar potensial untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
"Semakin besar jumlah penghuni di kawasan perumahan, keberadaan sekolah semakin dibutuhkan.TK,SD,SMP,hingga SMA harus tersedia di kawasan hunian," katanya.
(sindo//oz)
Semakin lengkap fasilitas yang tersedia di kawasan hunian, tentunya akan berdampak positif bagi pengembang. Pengembang akan dianggap serius dalam mengembangkan kawasan hunian. Citra pengembang di mata masyarakat dan bahkan pemerintah tentunya akan meningkat.
Sebenarnya, pengembang memiliki harapan lain di balik tersedianya fasilitas di kawasan hunian yang dikembangkan. Di antaranya, mendatangkan sebanyak-banyaknya masyarakat ke kawasan hunian, baik yang bertujuan untuk rekreasi maupun mengantarkan anak sekolah. Dengan cara itu, pengembang bisa meningkatkan penjualan rumah di kawasan hunian yang tengah dikembangkan.
Manager Marketing and Communication PT Procon Indah, Dini Priadi mengatakan, keberadaan sekolah di kawasan hunian dipastikan akan meningkatkan market price rumah di kawasan tersebut. "Prospeknya sangat cerah. Karena trennya memang akan ke situ," tuturnya.
Pengembang baru biasanya akan mengundang lembaga pendidikan untuk mendirikan sekolah. Tentu, lembaga pendidikan yang diundang tetap disesuaikan dengan komunitas di kawasan hunian tersebut. Di kawasan Bintaro Jaya misalnya, yang cukup banyak ditinggali komunitas warga Jepang, akhirnya didirikan Jakarta Japanese School.
Sekolah yang dibangun di kawasan hunian umumnya memiliki fasilitas yang sangat memadai. Maklum, sekolah yang dibangun di kawasan hunian biasanya memiliki standar internasional. Selain itu, lengkapnya fasilitas tersebut juga disesuaikan dengan gaya hidup di kawasan hunian yang sebagian besar berasal dari kelas menengah atas.
Dini mengatakan, standar dari sekolah akan tergantung target pasar kawasan hunian tersebut. Apabila kawasan hunian menargetkan pada pasar menengah ke atas, biasanya akan disediakan fasilitas sekolah bertaraf internasional. Sedangkan bila kawasan hunian menargetkan pasar menengah bawah, tentu tidak akan sesuai bila fasilitas yang dibangun bertaraf internasional.
"Korelasi antara keberadaan fasilitas sekolah dan penjualan rumah tentu saja ada. Apalagi kecenderungan saat ini masyarakat sangat memikirkan kebutuhan pendidikan untuk anggota keluarganya," sebutnya. Sehingga masyarakat akan lebih memilih kawasan hunian yang memiliki fasilitas pendidikan yang sesuai. Kawasan hunian yang memiliki fasilitas pendidikan baik biasanya akan lebih bisa menarik minat calon pembeli.
Biasanya terdapat beberapa tipe kerja sama antara pengembang dan pengelola sekolah. Di antaranya, pengembang menyediakan lahan, kedua pengelola sekolah membeli sendiri tanah di dalam kawasan hunian tersebut untuk dibangun sekolah. Serta pengembang membangun sendiri sekolah di tanah milik pengembang, seperti yang dilakukan oleh Lippo Karawaci.
Menurut Dini, pengembang tentu akan menghitung kebutuhan fasilitas pendidikan berdasarkan jumlah populasi di kawasan huniannya. Pembangunan sekolah bertaraf internasional juga mempertimbangkan target pasar dari sekolah tersebut. Apabila target pasarnya sesuai, maka sekolah tersebut akan tetap diminati. Dia mengatakan, jenjang pendidikan yang diperlukan di kawasan hunian mulai TK, SD, SMP, dan SMA. Sedangkan universitas tidak harus selalu ada. Tergantung kebutuhan dan populasi kawasan hunian tersebut. "Sebenarnya, terdapat standar perhitungan yang dikeluarkan pemerintah mengenai jumlah sekolah (SD, SMP, SMA, dan universitas) yang dibutuhkan di suatu daerah berdasarkan jumlah penduduknya," jelasnya.
Pengamat properti Budhi S Ghozali mengatakan, sudah menjadi rahasia umum dalam mencari lokasi rumah, penghuni berharap bisa berdekatan dengan sekolah putra putrinya. Ketika berangkat ataupun pulang sekolah, tidak perlu banyak menghabiskan waktu dan biaya. "Ini menjadi alasan kenapa pengembang perumahan sekarang banyak membangun sekolah di kawasan hunian," tuturnya.
Dia menjelaskan, tidak semua pengembang memiliki kerja sama dengan pengelola sekolah. Untuk kawasan hunian yang masih baru, biasanya kerja sama yang dilakukan berupa memberikan lahan dengan harga khusus kepada pengelola sekolah. Bahkan, ada juga pengembang yang benar-benar mengadakan kerja sama dengan sekolah. Kerja samanya berupa pengembang menyediakan lahan, sekolah menyediakan pendidikannya. "Pada kawasan hunian yang sudah lama berdiri, sekolah cenderung lebih banyak membeli lahan untuk membangun sekolah," jelasnya.
Saat ini, beberapa kawasan perumahan ada yang memiliki sekolah standar internasional lebih dari satu. Hal ini menunjukkan kawasan hunian tetap merupakan pasar potensial untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
"Semakin besar jumlah penghuni di kawasan perumahan, keberadaan sekolah semakin dibutuhkan.TK,SD,SMP,hingga SMA harus tersedia di kawasan hunian," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar