SETIAP anak punya daya adaptasi berbeda-beda terhadap lingkungan sekitar. Jangan dipaksakan jika tak ingin berbuah stres. Adaptasi atau penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu.
Dalam ensiklopedi online Kids.Net.Au adaptasi diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap sesuatu hal, termasuk kondisi lingkungan. Sementara psikolog asal Amerika, Davidoff, memaknai adaptasi (adjusment) sebagai suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan.
Ya, manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan, dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Terkait dengan penyesuaian diri anak, ada anak-anak yang mudah menyesuaikan diri dengan setiap situasi baru yang dihadapinya. Namun, ada pula yang memerlukan waktu lebih lama untuk mengenal dan membiasakan diri dengan situasi atau lingkungan yang baru atau masih asing baginya.
Pada dasarnya, penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, teman sebaya, maupun lingkungan sekolah. Anak-anak memiliki kepribadian yang berbeda satu dengan lainnya.
Begitu juga halnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Namun yang pasti, cepat atau lambat, semua anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang akan dijumpainya tiap-tiap hari. Karena itu, anak sangat membutuhkan perhatian dan pengertian orangtua atau orang-orang terdekatnya untuk bisa memahami situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya.
Dengan begitu, dapat mendorongnya untuk cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cepat dan tidaknya si anak menyesuaikan diri terkait dengan kematangan kemampuan komunikatif dan bahasanya.
Anak-anak yang tidak atau kurang menguasai bahasa biasanya lebih sukar untuk menyesuaikan diri. Menurut psikolog anak dari Medicare Clinic, Anna Surti Ariani, aspek temperamen atau karakter kepribadian si anak juga berpengaruh besar terhadap kemampuan adaptasi.
Ada anak-anak yang tergolong slow to adapt child (memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari situasi baru), tapi ada pula yang easy going dan bisa cepat akrab dengan lingkungan barunya. "Anak-anak yang 'lambat panas' biasanya memang butuh waktu lebih lama untuk masuk ke lingkungan yang baru. Tapi kalau sudah bisa dan biasa, dia akan merasa nyaman," sebutnya.
Anak yang lambat beradaptasi sebaiknya sering diajak bergaul dan dibimbing orangtuanya tentang bagaimana cara memulai berinteraksi dengan orang lain.
Jika si anak terus dilatih, lama-kelamaan anak akan menemukan sendiri formula yang terbaik baginya untuk beradaptasi. Karena itu orangtua berperan penting dalam menciptakan lingkungan kondusif yang dapat membuat anak berani mencoba sesuatu. Akan tetapi, Anna mengingatkan agar orangtua tidak memaksakan anak untuk mahir beradaptasi.
"Anak yang lambat beradaptasi kalau dipaksa-paksa malah akan tambah merasa tidak nyaman," katanya. Dia menambahkan, lingkungan yang baru bisa membuat anak merasa asing. Sebab itu, jika hendak mengajak anak berlibur di rumah saudara di pedesaan di luar kota misalnya, orangtua dianjurkan memberi penjelasan terlebih dahulu tentang kondisi tempat yang akan dituju.
Dengan begitu anak tidak kaget dengan situasi lingkungan yang berbeda dari sehari-harinya di rumah. "Bila perlu, lakukan stimulasi dengan bermain peran atau bermain 'pura-pura'. Misalnya sebelum melakukan perjalanan yang sesungguhnya dengan kereta api, ajak anak berkeliling dengan kereta api yang trayeknya hanya di dalam kota," saran Anna.
Di samping rasa tidak nyaman, akibat lainnya yang akan terjadi manakala orangtua memaksa anak cepat beradaptasi adalah rasa stres. Apalagi anak usia 0-6 tahun yang umumnya masih harus distimulasi perkembangan emosinya. Lingkup sosialnya juga masih sangat terbatas sehingga guru dan orangtua menjadi orang terdekat di luar pengasuhnya.
"Jika karakter orang terdekat ini membuat anak tidak nyaman, si anak pun pasti akan terganggu atau dapat timbul stres," sebut konsultan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Lely Tobing. Selanjutnya, penyesuaian diri meliputi dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini membuat anak menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Sementara itu, penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. (sindo//oz)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Wedding
Aktivitas Keluarga
Asuransi Keluarga
Belajar bisnis
Berlibur
Buah Hati
Cinta - Love - Katresnan
Dunia bercinta
Dunia Laki-laki
Dunia Wanita
Fase Pernikahan
Honey Moon
ibadah - puasa
Inspirasi
Istri harus tahu ini...
Kehamilan
Kesehatan Keluarga
Keuangan Keluarga
Komunikasi Sosial
Kontrasepsi Suntik
Malam Pertama
Masa Lalu
Membuka Usaha
Mengurus bayi
Menuju Pernikahan
Menyambut Hari Raya
Obesitas
Pasca Persalinan
Pekerjaan
Pembelanjaan - Kebutuhan RT
Pendidikan Anak
Pengasuh Anak
Perawatan diri - Kecantikan
Perceraian
Perencanaan Keluarga
Pernak-pernik
Persalinan
Perselingkuhan
Poligami
Psikologi anak
Psikology keluarga
Rumahku Surgaku
Sebuah perselisihan
Suami harus tahu ini....
Tentang Seks
Tips - Triks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar